Beranda | Artikel
Mengajarkan Anak Mengelola Rasa Bosan
3 hari lalu

Mengajarkan Anak Mengelola Rasa Bosan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 23 Rabiul Awwal 1447 H / 16 September 2025 M.

Kajian Tentang Mengajarkan Anak Mengelola Rasa Bosan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat [51]: 56)

Namun, kadang rasa bosan itu melanda. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan variasi dalam beribadah. Misalnya dalam shalat, ada berbagai macam shalat sunnah yang bisa dipilih. Doa juga demikian, jika doa yang dibaca hanya itu-itu saja, mungkin akan menimbulkan rasa bosan. Karena itu, syariat memberikan banyak pilihan. Bosan adalah sifat dasar manusia.

Kadang jiwa ini juga mengalami kemacetan, tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah sampai pada titik jenuh. Hal ini biasa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak remaja. Pendidik ataupun orang tua perlu memberi perhatian ketika melihat gejala ini pada mereka. Artinya, saat itu mereka sedang butuh bantuan.

Orang tua mungkin lebih mampu mengatasi rasa bosan dan jenuh karena sudah berpengalaman, tetapi anak-anak dan remaja belum tentu mampu. Karena itu, mereka perlu diarahkan agar bisa mengatasi kebosanan dengan cara yang positif. Jika tidak diarahkan, banyak orang justru mengatasinya dengan hal-hal yang tidak produktif, bahkan negatif.

Maka anak-anak perlu dilatih agar bisa melewati rasa bosan dengan baik. Jangan sampai dihukumi, dihakimi, atau disalahkan karena kebosanan yang melanda dirinya. Ada orang tua yang ketika anaknya bosan, justru menekan, merendahkan, atau menyalahkan. Padahal, itu berat bagi anak.

Manusia pasti merasakan bosan. Ketika anak mengatakan, “Bu, saya bosan belajar,” atau, “Bosan sekolah,” bisa jadi itu benar adanya. Jangan buru-buru menanggapi dengan marah atau menyalahkan. Seolah-olah manusia tidak boleh bosan, padahal rasa itu akan melanda siapa saja, termasuk orang dewasa.

Bahkan dalam hal ibadah pun, manusia bisa merasa bosan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegur orang-orang yang ingin shalat terus-menerus tanpa tidur. Beliau melarang mereka, karena ada waktunya tidur. Jika seseorang terus salat tanpa istirahat, dikhawatirkan ia akan bosan, lalu meninggalkan ibadah tersebut. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنِّي أُصَلِّي وَأَرْقُدُ

“Sesungguhnya aku shalat, dan aku juga tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian pula, ketika seseorang ditimpa kepenatan dan kejenuhan dalam beribadah, ia hendaknya berhenti sejenak. Misalnya, orang yang terus-menerus membaca Al-Qur’an berjam-jam hingga lisannya terasa berat dan bacaannya tidak lagi lurus, maka itu tanda ia sudah jenuh dan penat. Manusia memiliki batas kemampuan. Kita memang diciptakan untuk ibadah, tetapi perlu mengambil waktu istirahat agar ibadah bisa kembali dijalankan dengan semangat.

Para salaf terdahulu memandang istirahat sebagai bagian dari ibadah, karena tujuan mereka beristirahat adalah agar setelahnya dapat beribadah dengan gairah baru.

Ketika melihat anak remaja merasa bosan dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, orang tua atau pendidik perlu membantu mereka untuk mengatasi kebosanan itu. Manusia memang memerlukan penyegaran atau istirahat sejenak dari kesibukan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memberi teladan dalam hal menuntut ilmu dengan memberi jarak dalam nasihat dan majelis, agar tidak menimbulkan kebosanan.

Ada orang yang berkata sanggup menghadiri majelis ilmu setiap hari berjam-jam, tetapi dikhawatirkan ia akan patah semangat dan berhenti sama sekali. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

“Tidaklah seseorang memaksakan diri dalam agama ini melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari)

Jika seseorang terlalu memaksakan diri, dikhawatirkan ia justru berhenti total dan tidak kembali lagi kepada amalnya.

Tiga orang pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan keinginan beribadah lebih dari beliau. Mereka merasa ibadah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih kurang dibandingkan banyaknya dosa manusia. Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa kehidupan manusia itu normal: ada masa istirahat, masa bermain, dan masa bercanda. Jika seseorang memaksakan diri melampaui batas, dikhawatirkan ia akan menyerah dan meninggalkan amal sama sekali.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55595-mengajarkan-anak-mengelola-rasa-bosan/